Uji Kualitas Air Menggunakan Metode MPN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat karena air merupakan salah satu media dari
berbagai macam penularan penyakit. Air bersih adalah air yang jernih, tidak
berwarna, tawar dan tidak berbau. Sumber daya alam yaitu air, dapat diperoleh
dari air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air
lainya.
Air merupakan kebutuhan yang paling dibutuhkan di dalam
kehidupan manusia. Air yang ada di alam bukanlah didapat sebagai air murni,
melainkan sebagai air yang mengandung bermacam-macam zat, baik yang terlarut
ataupun tersuspensi. Jenis dan jumlah zat tersebut tergantung dari kondisi
lingkungan sekitar sumbernya.
Air merupakan materi esensial bagi
kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup memerlukan air untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap
mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh
dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler.
Pemeriksaan air secara mikrobiologi
sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting
dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara
mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai
pengukuran derajat pencemaran.
Uji kualitatif Coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji dugaan (presumptive test), uji penetapan (confirmed test), dan uji pelengkap (completed test). Metode pengujian yang
digunakan adalah metode Most Probable
Number (MPN) atau Jumlah Perkiraan Terbatas (JPT).
Analisis kuantitatif mikrobiologi
pada air minum penting dilakukan untuk mengetahui mutu air minum tersebut. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad
renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah pemeriksaan adanya bakteri Coliform pada minuman dengan metode MPN
(Most Probable Number).
Pemeriksaan derajat pencemaran air
secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan kehadiran bakteri indikator seperti
Coliform dan Fecal coli. Bakteri Coliform sebagai suatu
kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak
membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang
memfermentasi laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C. Berdasarkan hal inilah yang
melatar belakangi dilaksanakannya praktikum ini untuk mengetahui teknik
pengujian kualitas air dengan menggunakan metode MPN sehingga dapat mengetahui
air yang baik untuk dikonsumsi.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum uji kualitas air dengan menggunakan metode MPN adalah:
1. Untuk mengetahui teknik uji kualitas air
dengan menggunakan metode MPN.
2. Untuk mengetahui kualitas dari air sumur, air sungai dan air
galon.
1.3
Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil praktikum uji kualitas air dengan metode MPN ini adalah dapat
mengetahui metode uji kualitas air dengan metode MPN sehingga dapat
mengetahui kualitas dari air sumur, air sungai dan air galon yang di ujikan sehingga diketahui
layak tidaknya air tersebut untuk dikonsumsi. Sebagai
tenaga kesehatan masyarakat, dengan adanya pengetahuan tentang pengujian
kualitas air, maka dapat dilakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya
air yang bersih dan bebas dari mikroba, demi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Air
Air merupakan bahan esensial bagi hidupnya
organisme, oleh karena itu air selalu penuh dengan benda-benda hidup. Manusia
dan makhluk-makhluk lain yang tidak hidup di dalam air senantiasa mencari
tempat-tempat tinggal dekat air supaya mudah mengambil air untuk keperluan
hidupnya, maka desa atau kota zaman dulu tumbuh di sekitar sumber air, di tepi
sungai, atau di tepi danau. Sesudah manusia lebih maju, tempat tinggalnya tidak
perlu dekat air dengan sumber jauh yang disalurkan dengan pipa dan
didistribusikan (Prawiro, 1989).
Pentingnya air di dalam tubuh manusia, berkisar
antara 50%–70% dari seluruh total berat badan. Tulang manusia mengandung air
sebanyak 22% berat tulang, dalam darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air
bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, 80% dari
darah terdiri atas air, dalam tulang mengandung 25%, sedangkan dalam urat
syaraf terdapat 75% air, dalam ginjal mengandung 80% air, dalam hati 70% air,
dan otot 75% air. Kekurangan air menyebabkan penyakit batu ginjal dan kandung
kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh.
Kehilangan air sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian.
Kebutuhan minum orang dewasa adalah minimum 1,5–2 liter air sehari (Slamet,
2004).
Selain pentingnya air bagi tubuh manusia, air
dibutuhkan bagi kehidupan lainnya, baik untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu
keperluan untuk kebutuhan domestik rumah tangga maupun kebutuhan dalam
pertanian, industri, perikanan, pembangkit listrik tenaga air, dan navigasi,
serta rekreasi (Soerjani, 1997).
Air
tawar bersih yang layak minum, demikian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang
menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan
sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah
sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan
dari tangki septik maupun air permukaan (Pudjarwoto, 1993).
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi
dapat juga merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat
membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun (Gause,
1946).
Banyaknya
kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya.
Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya
untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada
dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam.
Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri Coliform (Escherichia coli), Enterococcus
faecalis,dan Clostridium. Di
Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah Escherichia coli (Gause, 1946).
2.2
Bakteri Coliform
Bakteri
Coliform adalah jenis bakteri
yang umum digunakan sebagai indikator penetuan kualitas sanitasi makanan dan
air. Coliform
sendiri sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun
bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan
sebagai indikator keberadaan organisme patogen seperti bakteri lain, virus atau
protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam sistem pencernaan
manusia serta terkandung dalam feses. Organisme indikator digunakan karena
ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri patogen, orang tersebut akan
mengekskresi organisme indikator jutaan kali lebih banyak dari pada organisme
patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk menyimpulkan bila tingkat
keberadaan organisme indikator rendah maka organisme patogen akan jauh lebih
rendah atau bahkan tidak ada sama sekali (Servais, 2007).
Bakteri
Coliform dijadikan sebagai bakteri
indikator karena tidak patogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes
laboratorium serta dapat dikuantifikasikan, tidak berkembang biak saat bakteri
patogen tidak berkembang biak, jumlahnya dapat dikorelasikan dengan
probabilitas adanya bakteri patogen, serta dapat bertahan lebih lama daripada
bakteri patogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan (Slamet, 2004).
Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik
lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri Coliform
fekal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan Coliform
fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform
jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik
lain. Contoh bakteri Coliform adalah,
Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, Coliform adalah indikator kualitas air.
Makin sedikit kandungan Coliform,
artinya, kualitas air semakin baik. (Friedheim, 2001).
Eschericia
coli, merupakan anggota Coliform yang dapat dibedakan
dari bakteri Coliform
lain karena kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 44°C (pada JPT hal
ini dilakukan pada tahap terakhir atau saat uji kelengkapan).
Pengidentifikasian dapat dilihat dari pertumbuhan dan reaksi yang memberikan
warna berbeda pada media kultur khusus. Saat dikulutur pada media EMB, hasil
positif E. coli adalah koloni berwarna hijau metalik. Tidak seperti
golongan Coliform
pada umumnya, E. coli merupakan bakteri yang berasal dari feses dan
kehadirannya efektif mengkonfirmasi adanya kontaminasi fekal pada badan air.
Umumnya, pada feses, E. coli ada
sebanyak 11% dari Coliform
(Slamet, 2004).
2.3
Metode MPN
Jumlah mikroorganisme dapat dihitung
melalui beberapa cara, namun secara mendasar dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu perhitungan langsung dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung
dapat mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan pada suatu
saat tertentu tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu, sedangkan jumlah
organisme yang diketahui dari cara tidak langsung terlebih dahulu harus
memberikan perlakuan tertentu sebelum dilakukan perhitungan. Perhitungan secara
langsung, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah dengan membuat
preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan
penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara
tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan
yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa
cara yaitu, perhitungan pada cawan petri (total plate count/TPC),
perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (Metode
MPN) dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode perhitungan MPN
sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat
di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter.
Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari
udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Dwidjoseputro,
1994).
Metode MPN merupakan salah satu
metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN terdiri dari tiga tahap,
yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed
test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap
pertama, keberadaan Coliform masih
dalam tingkat probabilitas rendah, masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat
fermentatif Coliform dalam sampel
(Lim, 1998).
Dalam metode MPN, pengenceran harus
dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga
beberapa tabung larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad
renik. Beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung
lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi diharapkan
terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif
sedang tabung lainnya negatif. Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula
digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan melakukan pengenceran terlebih
dahulu (Fardiaz, 1996).
Metode MPN merupakan uji deretan
tabung yang menyuburkan pertumbuhan Coliform
sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah Coliform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan
angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah Coliform dalam sampel (Pakadang, 2010).
Metode MPN biasanya dilakukan untuk
menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat
pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat
suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN digunakan medium cair di dalam
tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung durham)
yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk
setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Lebih
banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi
alat gelas yang digunakan juga lebih banyak (Fardiaz, 1996).
Untuk metode MPN (most probable
number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan
di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami
perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya
gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini
digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2
dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya
pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel,
2008).
Tabel
yang digunakan untuk menentukan nilai MPN dari tiga seri tabung berbeda dengan
tabel lima seri tabung. Kombinasi yang dipilih mulai dari pengenceran tertinggi
yagn masih menghasilkan semua tabung positif sedangkan pada pengenceran yang
berikutnya ada tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga
pengenceran. Jika pada pengenceran yang keempat atau seterusnya masih
diketemukan tabung yang hasilnya positif, maka jumlah tabung yang positif
tersebut harus ditambahkan pada angka kombinasi yang ketiga sampai mencapai
jumlah maksimum (Volk, 1993).
Beberapa jenis bakteri selain Coliform juga memiliki sifat
fermentatif, sehingga diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali
kebenaran adanya Coliform dengan
bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil
tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop
terhadap ciri-ciri Coliform seperti,
berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora. Output metode
MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth
unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel.
Namun, pada umumnya nilai MPN juda diartikan sebagai perkiraan jumlah individu
bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN
memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat
jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Lim, 1998).
Uji penduga merupakan uji positif
untuk menentukan bakteri Coliform.
Media yang digunakan ialah media Lactose
Broth. Bakteri dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon, namun ada
pula sebagian bakteri enteric yang tidak dapat melakukannya. Kaldu laktosa
mengandung surface tension depressant yang menekan pertumbuhan bakteri gram
positif dan memacu bakteri gram negatif terutama bakteri Coliform. Hasil uji penguat yang positif atau meragukan menyatakan
bahwa sampel air tidak layak untuk diminum. Uji penguat memerlukan media selektif
dan diferensial seperti Eosin-Biru Metilen
atau ENDO agar yang akan diinokulasi dari tabung laktosa yang positif. Uji
pelengkap, uji ini merupakan tahap akhir analisis bakteri dari contoh air. Uji
pelengkap dilakukan dengan pewarnaan gram (Volk,
1993).
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum
uji kualitas
air dengan menggunakan metode MPN
adalah :
Hari/Tanggal :
Sabtu, 4 Mei 2013
Waktu : 13.00 WITA-Selesai
Tempat : Laboratorium Terpadu
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Tadulako.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
uji kualitas
air dengan menggunakan metode MPN
adalah :
3.2.1
Alat
1.
Pipet
tetes
2.
Rak
tabung
3.
Tabung
reaksi
4.
Gelas
ukur 10 ml
5.
Tabung
durham
6.
Bunsen
7.
Inkubator
8.
Handsprayer
3.2.2 Bahan
1.
Sampel
air (air sumur, air sungai dan air galon)
2.
Medium
Brilliant Green Lactase Bilebroth
(BGLB)
3.
Medium
Laktose Broth (LB)
4.
Medium
Escherichia coli (EC)
5.
Aquades
steril
6.
Alkohol
70%
7.
Korek
api
8.
Spiritus
9.
Label
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Pengenceran
1. Menyiapkan 9 tabung reaksi dan
memberikan label pada masing-masing tabung dengan tanda 10-1, 10-2
dan 10-3.
2. Mengisi
tabung reaksi masing-masing 9 ml aquadest steril yang telah di ukur dengan
menggunakan gelas ukur.
3. Menambahkan
sampel air sumur dan air sungai masing-masing 1 ml dengan menggunakan pipet
tetes ke dalam tabung yang telah berisi aquades steril pada tabung pengenceran
10-1, kemudian mengocok agar tercampur secara homogen. Air galon
tidak dilakukan pengenceran karena telah melalui proses sterilisasi.
4. Menambahkan
1 ml sampel dari pengenceran 10-1 ke dalam tabung pengenceran 10-2,
kemudian mengocok
sehingga tercampur secara homogen.
5. Menambahkan 1 ml sampel dari pengenceran
10-2 ke dalam tabung pengenceran 10-3, kemudian mengocok
sehingga tercampur secara homogen.
6. Perlakuan
pada poin 3-5 dilakukan sebanyak 3 kali pada tabung reaksi yang lain.
3.3.2 Uji
Pendugaan
1. Memfiksasi mulut tabung media LB (Lactose Broth) pada api Bunsen kemudian
menambahkan masing-masing 5 ml/100 tetes dari tabung pengenceran 10-1
ke dalam 3 tabung media Lactose Broth
(LB), dan kembali memfiksasi tabung reaksi dan menutup dengan kapas.
2. Memfiksasi mulut tabung media LB (Lactose
Broth) kemudian menambahkan masing-masing 1 ml/20 tetes dari tabung pengenceran
10-2 ke dalam 3 tabung media Lactose
Broth (LB), dan kembali memfiksasi tabung reaksi dan menutup dengan kapas.
3. Memfiksasi mulut tabung media LB (Lactose
Broth) kemudian menambahkan masing-masing 0.5 ml/10 tetes dari tabung
pengenceran 10-3 ke dalam 3 tabung media Lactose Broth (LB), dan kembali memfiksasi tabung reaksi dan
menutup dengan kapas.
4. Menghomogenkan secara perlahan pada
seluruh tabung agar sampel menyebar rata keseluruh media.
5. Menginkubasikan seluruh tabung pada suhu
340C selama 24 jam.
7. Mengamati adanya gelembung udara di
dalam tabung durham dan mencatat kode tabung yang positif mengeluarkan gas.
3.3.3 Uji
Penegasan
1.
Mengambil sampel air
dari tabung LB yang positif yang
ditandai adanya gelembung pada tabung durham
kemudian memasukkan sebanyak 2 tetes kedalam tabung BGLB dan EC medium untuk pemeriksaan total Coliform.
2.
Menginkubasi media BGLB dan EC pada suhu 34oC
selama 24 jam.
3.
Mencatat jumlah tabung yang menunjukkan tes penegasan
positif.
4.
Menentukan nilai MPN Coliform
berdasarkan tabel MPN yang terdapat pada lampiran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.2.1 Tabel
Hasil Pengamatan Uji Pendugaan
No.
|
Sampel
|
MPN
|
||
10-1
|
10-2
|
10-3
|
||
1.
|
Air sumur
|
3
|
0
|
1
|
2.
|
Air sungai Poboya
|
2
|
2
|
0
|
3.
|
Air gallon
|
0
|
0
|
0
|
4.1.2 Tabel
Hasil Pengamatan Uji Penegasan
No.
|
Tingkat
Pengenceran
|
Gambar
Medium
|
Keterangan
|
||
BGLB
|
EC
|
BGLB
|
EC
|
||
1.
|
10-1
Air sumur
|
|
|
+
|
+
|
10-1
Air Sumur
|
|
|
+
|
+
|
|
10-1
Air sumur
|
|
|
+
|
+
|
|
2.
|
10-3
Air sumur
|
|
|
+
|
+
|
3.
|
10-1
Air sungai
|
|
|
+
|
+
|
10-1
Air sungai
|
|
|
+
|
+
|
|
4.
|
10-2
Air sungai
|
|
|
+
|
+
|
10-2
Air sungai
|
|
|
+
|
+
|
4.2
Pembahasan
Metode MPN merupakan salah satu
metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN terdiri dari tiga tahap
yaitu, uji dugaan (presumptive test),
uji penetapan (confirmed test), dan
uji pelengkap (completed test). Metode
MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang
berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat.
Untuk metode MPN (Most Probable Number)
digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan
pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas
pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga
seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3.
Adapun
sampel air yang diujikan untuk mengetahui kualitas air yaitu air sumur, air
sungai Poboya dan air galon. Sebelum semua
prosedur kerja dilakukan terlebih dahulu tangan harus disterilkan menggunakan alkohol 70% yang disemprotkan ke seluruh permukaan tangan yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminan bakteri. Langkah selanjutnya
dilakukan pengenceran pada sampel air sumur dan air sungai. Sampel air galon
tidak dilakukan pengenceran karena telah melalui beberapa proses sterilisasi
sehingga mikroorganisme yang berada pada sampel air galon ikut tersaring pada
proses sterilisasi. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan aquades steril
yang bertujuan untuk menimalisir jumlah bakteri yang terdapat pada medium
yang digunakan, karena aquades adalah air dari hasil fermentasi yang tidak
terdapat bakteri didalamnya sehingga pada pencampuran medium dengan bahan yang
diujikan akan menangkap mikroorganisme yang terkandung di dalamnya sehingga
mudah untuk diamati. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan tiga seri tabung
pengenceran 10-1,
10-2 dan 10-3.
Pada
uji pendugaan dilakukan dengan menginkubasi sampel air yang telah dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi medium Lactose
Broth dan tabung durham. Sebelum sampel air dari pengenceran dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi medium Lactose
Broth bagian pinggir dari tabung reaksi difiksasi pada api bunsen, tujuan
dari perlakuan fiksasi ini adalah untuk menjaga kesterilan dari media sehingga tidak
terkontaminasi dengan udara. Lactose broth
digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran Coliform dalam air, makanan, produk susu, dan mempelajari
fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Medium Lactose broth memiliki komposisi 0.3% ekstrak beef, 0.5% pepton,
dan 0.5% laktosa. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk
metabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat
difermentasi untuk organisme Coliform.
Pada tabung reaksi diletakkan tabung durham secara terbalik, fungsi dari tabung durham adalah untuk
mengetahui terbentuknya gas gelembung atau untuk menangkap gas yang ditimbulkan
akibat adanya fermentasi laktosa menjadi asam dan gas.
Setelah
melakukan uji pendugaan dilanjutkan dengan uji penegasan. Uji penegasan berfungsi untuk meyakinkan
hasil positif yang ada pada uji pendugaan.
Medium yang digunakan dalam uji penegasan ini yaitu medium Brilliant
Green Lactase Bilebroth (BGLB) yang merupakan media yang akan berwarna
hijau metalik jika terdapat reaksi fermentasi dengan media. Warna ini berasal
dari adanya koloni Coliform yang
bereaksi dengan BGLB. E. Coli merupakan
bakteri fermentasi, seringkali menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Brilliant Green Lactose Bile Broth,
dibuat dari peptone, lactose, oxgall, brilliant green, dan aquades. Fungsi dari
medium BGLB adalah untuk mendeteksi bakteri Coliform
yang ada pada air. Medium kedua yang digunakan pada uji penegasan ini adalah
Medium Escherichia coli (EC) yang
berfungsi untuk mendeteksi adanya bakteri Eschericia coli pada air yang diujikan.
Pada
hasil pengamatan uji pendugaan hasil positif ditandai dengan adanya gelembung
pada tabung durham yang berarti terjadi
proses fermentasi laktosa menjadi asam dan gas. Pada
sampel air sumur MPN 10-1 terdapat hasil positif dari ketiga tabung
tersebut. Pada MPN 10-2 terdapat ketiga tabung menunjukkan hasil
yang negatif. Sedangkan pada MPN 10-3 terdapat hasil positif pada
tabung pertama dan negatif pada tabung kedua dan ketiga. Setelah ditentukan nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi
3-0-1 nilai MPN/g dari air sumur adalah 38 atau
dalam sampel air tersebut mengandung Coliform
38/100 ml air pada setiap gramnya.
Setelah
melakukan uji pendugaan dilanjutkan dengan uji penegasan. Hasil positif pada
medium BGLB menandakan bahwa air yang diujikan mengandung bakteri Coliform non fekal, sedangkan hasil
positif pada medium EC menandakan keberadaan bakteri Escherichia coli. Pada hasil pengamatan uji penegasan air sumur
pada pengenceran MPN 10-1 pada ketiga tabung didapatkan hasil
positif pada medium BGLB dan EC, yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna dan terdapat gelembung pada tabung durham. Pada uji penegasan air sumur
pada pengenceran MPN 10-2 pada semua tabung didapatkan hasil
negatif. Pada uji penegasan air sumur pada pengenceran MPN 10-3 hanya
satu tabung yang didapatkan hasil positif pada medium BGLB dan EC, yang
ditandai dengan terjadinya perubahan warna dan terdapat gelembung pada tabung
durham. Perubahan warna terjadi dikarenakan aktivitas dari suatu mikroorganisme.
Gelembung
udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas
respirasi mikroorganisme, sehingga dapat dilihat hasil dari respirasi
mikroorganisme tersebut berupa gelembung gas. Berdasarkan hal ini pada
pengujian air pada air sumur pengenceran 10-1 dan 10-3 bakteri yang terdapat pada
air sumur merupakan bakteri Coliform non
fekal yang merupakan spesies bakteri Escherichia
coli.
Pada
hasil pengamatan uji pendugaan didapatkan pada sampel air sungai MPN 10-1 terdapat
hasil negatif pada tabung pertama dan terdapat hasil positif pada tabung kedua
dan ketiga. Pada MPN 10-2 terdapat hasil positif di tabung pertama dan
kedua, dan hasil negatif pada tabung ketiga. Sedangkan pada MPN 10-3
ketiga tabung menunjukkan hasil negatif. Setelah ditentukan nilai MPN Coliform berdasarkan tabel MPN dengan formasi
2-2-0 nilai MPN/g adalah 21 atau dalam sampel air
tersebut mengandung Coliform 21/100
ml air.
Pada
hasil pengamatan uji penegasan air sungai pada pengenceran MPN 10-1 dua
tabung didapatkan hasil positif pada medium BGLB dan EC, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dan terdapat gelembung pada tabung durham. Pada
hasil pengamatan uji penegasan air sungai pada pengenceran MPN 10-2 dua
tabung didapatkan hasil positif pada medium BGLB dan EC, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dan terdapat gelembung pada tabung durham. Perubahan
warna terjadi dikarenakan aktivitas dari suatu mikroorganisme.
Gelembung
udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas
respirasi mikroorganisme, sehingga dapat dilihat hasil dari respirasi
mikroorganisme tersebut berupa gelembung gas. Sedangkan pada tabung pengenceran
10-3 semuanya menunjukkan hasil negatif. Berdasarkan hal ini pada
pengujian air pada air sumur pada pengenceran 10-1 dan 10-2
bakteri yang terdapat pada air sumur merupakan bakteri Coliform non fekal yang merupakan spesies bakteri Escherichia coli.
Hal ini berarti sampel air sumur dan
air sungai sudah diambang batas, karena menurut Standar WHO yakni 95% dari
sampel-sampel tidak boleh mengandung Coliform
dalam 100 ml, tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, tidak ada sampel yang mengandung Coliform lebih dari 10 dalam 100 ml.
Jadi dari kedua sampel tersebut sudah tidak layak/aman untuk dikonsumsi sebab
jumlah bakteri Coliform sudah pada ambang
batas. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dijelaskan, bahwa mikroba
yang terbentuk dalam tabung reaksi memerlukan oksigen untuk hidup, sehingga
mikroba tersebut tergolong ke dalam bakteri aerob,
dan salah satu cara untuk mengenali adanya mikroba dapat dilihat dari
terbentuknya gas pada tabung yang menandakan tabung bersifat positif.
Pada
hasil pengamatan uji pendugaan didapatkan pada sampel air galon MPN 10-1,
10-2 dan 10-3 semuanya menunjukkan hasil
negatif. Pada sampel air galon selanjutnya tidak dilakukan uji penegasan karena
sampel air tersebut tidak terdapat mikroorganisme, karena telah melalui proses
sterilisasi sehingga bakteri dan kotoran yang terdapat sebelumnya ikut
tersaring pada proses sterilisasi. Setelah dicocokkan dengan tabel MPN bahwa
perbandingan tabung positif adalah 0-0-0 nilai MPN/g adalah < 3 atau
dalam sampel air tersebut mengandung Coliform
< 3/100 ml air.
Pada sampel
air galon pada pengenceran 10-1, 10-2, 10-3
pada tabung
reaksi semuanya
menunjukkan
hasil negatif pada uji
pendugaan sehingga tidak dilanjutkan pada uji penegasan.
Hal ini dikarenakan air galon tersebut telah mengalami proses filterisasi, dimana pada saat proses filterisasi mikroorganisme dan kotoran lain
yang ada pada air ikut
terfiltrasi (tersaring). Hal ini menandakan bahwa air
ini aman untuk dikonsumsi.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan dari uji kualitas
air dengan menggunakan metode MPN dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1.
Metode yang
digunakan dalam pemeriksaan kualitas air adalah metode MPN (Most Probable
Number) karena metode ini dapat
mendeteksi Coliform dalam jumlah yang sangat rendah. Metode MPN terdiri dari tiga tahap,
yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed
test), dan uji kelengkapan (completed test). Metode MPN (most probable number)
menggunakan
medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan
pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas
pada dasar tabung durham.
2.
Kualitas air
pada sampel air sumur dan air sungai yang
diuji tidak layak untuk dikonsumsi sebagai air minum sebab jumlah bakteri Coliform sangat banyak pada jenis air sampel sehingga akan
berbahaya bila dikonsumsi, jumlah bakteri yang terdapat pada sampel air sumur mengandung Coliform
38/100 mlair dan jumlah bakteri yang
terdapat pada
sampel air sungai
mengandung Coliform 21/100 ml air. Sedangkan
pada air galon kualitas air dalam air galon sudah baik sehingga dapat digunakan minum serta
keperluan sehari-hari,
dimana pada
sampel air galon
mengandung Coliform
< 3/100 ml air.
5.2
Saran
Adapun
saran yang dapat ingin disampaikan adalah sebaiknya di
dalam pelaksanaan praktikum kali ini waktu yang telah ditetapkan digunakan sebaik-baiknya
sehingga praktikum dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain itu sampel
yang diujikan
dapat diganti untuk praktikum
selanjutnya, sehingga
dapat diketahui kualitas air yang diujikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. (http://yayanajuz.blogspot.com/2012/06/laporan-mengukur-kualitasairdengan
html) Di akses
pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 20.34 WITA.
Fardiaz. 1996. Analisis
Mikrobiologi Pangan. PT Radja Grafindo Persada. Jakarta. (http://dunia-mikro.blogspot.com/) Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 20.56 WITA.
Friedheim. 2001. Bacteriological Analytical Manual. John
Wiley & Sons Inc. New York. Dikutip dari tulisan Hariyono Purbowarsito. 2011. Uji
Bakteriologis Air Sumur di Kecamatan Semampir Surabaya. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga. Surabaya.
(http://journal.unair.ac.id/index.php/mik/article/download/1430/1520). Di akses
pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 21.38 WITA.
Gause.
1946. Media Pertumbuhan Mikroorganisme.
Rajawali Press. Jakarta. (http://anyleite.wordpress.com/category/laporan-praktikum-mikrobiologi/) Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 21.25 WITA.
Gobel. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin, Makassar. (http://rahdie.blogsome.com/) Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 21.15 WITA.
Lim. 1998. Microbiology, 2nd Edition.
McGraw-Hill Book. New York. (http://dunia-mikro.blogspot.com/) Diakses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 20.56 WITA.
Pakadang.
2010. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Farmasi. Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Depkes Makassar. Makassar. (http://anyleite.wordpress.com/category/laporan-praktikum-mikrobiologi/) Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 21.25 WITA.
Prawiro, 1989. Uji Mikrobiologi Air Minum Yang Dikonsumsi
oleh Masyarakat Desa Deket Wetan Kec. Deket Kab. Lamongan. Universitas
Airlangga. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Airlangga. Surabaya. (http://www.f-mipa.unair.ac.id/artikel1/2011/Prawiro%20060610097%20%20Artikel%20Ilmiah.pdf)
Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 21.49 WITA.
Pudjarwoto.
1993. Water Quality Conservatiom For The Citarum River In West Java. Great Britain. Di kutip dari
tulisan Garneta Radina
Badiamurti. 2008. Korelasi Kualitas Air dan Insedensi
Penyakit Diare Berdasarkan Keberadaan Bakteri Coliform di Sungai Cikapundung. Program
Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung. Bandung. (http://journal.itb.ac.id/index.php/jsv/article/download/310/230)
Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 22.11 WITA.
Servais,
Pierre. 2007. Fecal bacteria in the rivers of the Seine drainage network
(France). Sources, fate and
modeling; Université Libre de Bruxelles; Bruxelles. Di kutip dari
tulisan Sasnita Sahabuddin. 2010. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Manokwari.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Papua. Manokwari.(http://journal.unip.ac.id/index.php/science/article/download/474/470)
Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 21.49 WITA.
Slamet,
Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. (http://johnbalya.blogspot.com/) di akses pada tanggal 6 Mei
2013 pukul 21.48 WITA.
Soerjani.
1997. Laporan Pra Survey Danau Sentani
Irian Jaya, dan Wilayah Sekitarnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Di kutip dari tulisan Ima Fitha Patasik. 2010. Kualitas Sumber Air Minum
Masyarakat Kampung Yokiwa Distrik Sentani Timur Secara Bakteriologis. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Cendrawasih. Jayapura.
(http://journal.lib.ac.id/index.php/JIPK/article/download/390/401)
Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 22.05 WITA.
Sterrit.
1988. Microciology for Environmental and Public Health Engineers.
E&F Spon Ltd. London. Di kutip dari tulisan Mirna Sari Randa. 2012. Analisis Bakteri Coliform (Fekal dan Non
Fekal) Pada Air Sumur di Kompleks Roudi Manokwari. Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua. Manokwari. (http://www4.webng.com/bioscientiae/v4n1/v4n1_sari.pdf)
Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 pukul 22.15 WITA.
Volk.
1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Edisi
Kelima. Erlangga. Jakarta. (http://rahdie.blogsome.com/) Di akses pada tanggal 6
Mei 2013 21.15 WITA.
ini sangat membantu;)
i love you blognya gue suka temanya wkwk
kerenn,, thankU broo
Tq. . Sngat membantu u ku yg pemula
Tq
Gambar nya mana kak?